Selasa, 14 Juni 2016

Bakar Karbit, jadi Icon Berbuka Unik di Anambas

Kalau anda mempunyai penyakit serangan jantung, shock berat ataupun phobia dengan suara tertentu siap-siap saja apabila anda berada di Anambas pada bulan Puasa. Mengapa demikian? iyaa...selama 30 hari selama bulan puasa tepatnya pada saat berbuka puasa anda akan mendengarkan ledakan karbit yang dentumannya tidak tanggung-tanggung sampai kaca jendela rumah anda bergetar.
Dahulu, konon katanya Pada saat Anambas ini masih bersatu dengan Natuna masih banyak pulau-pulau di anambas yang belum berpenghuni, Salah satunya yaitu Pulau Siantan (Tarempa). Pada zaman tersebut masyarakat yang ada di Pulau siantan Ini masih  dikatakan tertinggal, Listrik (alat pengeras suara) belum ada dan transportasi hanya mengandalkan perahu kayu (pompong). Keseharian masyarakat disini menghabiskan waktu mereka dikebun dan di laut. Karena banyak sekali gugusan pulau-pulau kecil yang tersebar di Pulau tujuh ini Pada saat memasuki bulan puasa tidak menutup kemungkinan bahwa sangat sulit memprediksi kapan waktu berbuka, seperti orang aceh katakan ' Ureueng toe krueng han sah sembahyang, Ureueng bineh blang han sah puasa" ( Orang yang tinggal dekat sungai mereka lupa mencuci kakinya saat wudhu karena kakinya sudah duluan masuk kedalam air sungai, Sedangkan orang yang tinggal dekat sawah (lembah bukit) mereka tidak puasanya karena mengira matahari sudah terbenam padahal hanya tertutupi oleh bukit-bukit yang ada disekitarnya). Untuk mengantisipasi hal tersebut masyarakat disini membuat meriam (Membakar Karbit) supaya seluruh masyarakat yang ada di lembah,dibukit dan ujung pulau bisa mendengarkan gemuruh dentuman tersebut. Apabila dentuman karbit sudah terdengar berarti pertanda waktu berbuka telah tiba. Setelah beberapa tahun kemudian Pulau Siantan (Tarempa) sudah mulai dipadati penduduk dan petugas keamanan baik itu dari Lanal, koramil dan Polsek. Jadi pada bulan puasa berikutnya hal serupa dilakukan lagi oleh masyarakat disini yaitu membakar karbit.  Mendengar dentuman karbit tersebut dari pihak keamanan pun mengira itu ledakan bom.Pada saat itu turun kelapangan untuk memastikan ledakan apa itu. Setelah sampai dilokasi aparat sempat melarang bakar karbit pada sore hari mejelang berbuka, Namun setelah dijelaskan oleh tokoh masyarakat setempat aparatpun mengerti dan memperbolehkan.Akan tetapi membakar karbit di Anambas tidak boleh dilakukan sembarang, Apalagi pada bulan Puasa sangat sensitif dengan dentuman karbit.  Meskipun Anambas sudah maju dan setiap mesjidpun sudah ada pengeras suara, akan tetapi tradisi bakar karbit menjelang buka puasa tetap dilestarikan. Menjelang berbuka puasa , kira-kira 3 menit bilal mesjid memberikan aba-aba kepada petugas karbit untuk siap-siap sebanyak 3 kali "Karbit siap....!, karbit siaapp...! karbit siaapp...!" pada kali ketiga karbit pun dibakar dan semua masyarakat berbuka puasa.

0 komentar:

Posting Komentar