Rabu, 25 Mei 2016

POLA PENYEBARAN GURU SM-3T ACEH ANAMBAS ANGKATAN-V

Sarjana Mendidik daerah Terluar, Terdepan dan Tertinggal (SM-3T) merupakan  salah atu program Mencerdaskan Anak bangsa yang di rintis oleh kemeristekdikti yang bekerjasama dengan lptk negeri yang ada di Indonesia, salah satunya adalah kampus "Jantong hate rakyat Aceh" Sasaran sm3t bukan hanya untuk mengajar dan mendidik saja, akan tetapi melalui jalur ini para sarjana (guru muda) yang mengabdi selama setahun di daerah pelosok negeri bisa mempelajari budaya dan adat istiadat yang beragam macam yang ada di Indonesia. 

Salah satu daerah pengabdian sm3t Aceh angkatan V tahun 2015/2016 adalah Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau. Negeri yang dikenal seribu pulau ini memiliki potensi alam yang luar biasa, Namun sayang, Sumber daya manusia yang masih belum memadai. Anak-anak yang terdapat di pulau tujuh ini memiliki potensi yang luar biasa. Apabila tidak ada pendidikan yang memadai sungguh sangat disayangkan potensi itu akan hilang berlahan-lahan seiring berjalannya waktu. Maka untuk itu, salah satu tujuan pengabdian sm3t disini adalah mendidik, memotivasi, menginspirasi dan membangkitkan kembali potensi-potensi yang dimiliki oleh Anak-anak emas indonesia masa depan.

Secara garis besar, Guru masih sangat kurang di negri seribu pulau ini, bahkan ada sekolah disalah satu pulau kecamatan siantan timur, hanya satu orang saja yaitu kepala sekolah, kehadiran sm3t di sekolah tersebut sangat-sangat membantu sekali dalam hal mengajar dan administrasi sekolah. Begitu pula di salah satu sekolah di kecamatan Siantan Selatan, yang mengajar di sekolah masih banyak lulusan SMA/sederajat. "Program sm3t ini sangat membantu sekali untuk sekolah kami, kami berharap untuk tahun ajaran selanjutnya masih ada guru yang mau datang jauh-jauh dari Aceh untuk mendidik anak-anak kami yang ada di perbatasan laut cina selatan ini" Ungkap salah satu staf sekolah SDN Kiabu saat kunjungan silaturahmi oleh koordinator Sm3t Aceh AngkatanV, yakni Muhajjir, S.Pd. 

Dengan segala keterbatasan alat komunikasi dan transportasi khususnya, tidak menjadi hambatan untuk mengemban tugas yang mulia ini bagi Guru Sm3t. Begitulah yang dialami oleh ibu Nurfajri, Beliau setiap harinya harus menyebrang pulau untuk menuju sekolah meski harus menggunakan "jongkong" (perahu sampan). Dengan kuota yang sangat sedikit, hanya 65 orang (31 Unsyiah dan 34 UPI) yang tersebar ke pulau-pulau kecil, bahkan ada yang sendirian dipulau tertentu (lihat map), namun semangat untuk mencerdaskan anak-anak bangsa ini tidak pernah pudar di hati sanubari kami. (Emjhon)

0 komentar:

Posting Komentar